RESENSI KUMPULAN PUISI MENCARI PURA KARYA I GUSTI AYU AGUNG MAS TRIADNYANI

 

RESENSI KUMPULAN PUISI MENCARI PURA KARYA I GUSTI AYU AGUNG MAS TRIADNYANI


 

 Judul Buku : Mencari Pura

Penulis : I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani

Penerbit : Koekoesan

Tahun Terbit : Cetakan Pertama, Juni 2011

 

Mencari pura merupakan antologi puisi karya I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani pertama yang saya baca. Puisi-puisi Ayu biasa ia disapa, mampu membuat saya menyelami dunia aku lirik dalam puisi. Penggunaan bahasa yang enteng mampu memperkuat ruang-ruang yang dikontruksi oleh penyair. Sehingga puisi Ayu meskipun menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana, namun meninggalkan jejak yang kuat di dalam intuisi pembaca.

Penggunaan bahasa-bahasa yang sederhana merupakan ciri khas dari penyair I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani. Hal tersebut pada dasarnya justru mampu memperkukuh kedudukan aku lirik di dalam dunia yang telah dikontruksi oleh penyair. Nuansa perjalanan tergambar begitu luwes dalam puisi “Antara Jakarta-Denpasar”. Dalam puisi tersebut lanskap Jakarta dan Bali tergambar begitu kontras. Sehingga pembaca akan dibuai oleh penggunaan metafor lengit yang memperkukuh dogma-dogma dan eksotisme Bali.

Puisi-puisi Ayu juga banyak mempertegas karakter penyair yang bekerja sebagai pengajar. Hal tersebut terlihat dalam puisi yang berjudul “Menunggu yang Tidak Ditunggu”. Dalam puisi tersebut nuansa ruangan dosen tergambar begitu jelas. Di mana terlihat penggunaan larik /menyaksikan kolega keluar pergi/ mahasiswa keluar masuk/. Hal tersebut secara pengimajian sangat jelas menggambarkan sebuah kondisi di mana kesibukan begitu akrab terjadi di ruang dosen. Bahkan aku lirik membawa pembaca menyelami keadaan yang lumrah terjadi di ruangan tersebut. Seperti tergambar dalam larik /satu lagi tanda tangan lalu pergi tanpa/ sepatah kata pun./. Larik tersebut seolah mempertegas kedaan di dalam ruangan.

Ayu juga mencoba membawa pembaca untuk memasuki ruang masa lalu penyair. Hal tersebut seperti tergambar dalam puisi yang berjudul “Merentas Masa Kecil”. Dalam puisi tersebut aku larik dibawa ke dunia masa lalu yang bercerita mengenai masa kanak-kanak penyair. Namun  kenangan tersebut dibenturkan oleh penyair sendiri lewat larik /yang bersalin menjadi maha jalanan/ kanan kiri mentereng ruko dan mal/. Larik tersebut adalah reaksi atas perubahan zaman yang kian maju. Di mana jalan setapak yang dahulu dilalui oleh aku lirik, kini telah berubah mernjadi jalan raya yang berjejer ruko dan mal-mal.

I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani dalam puisinya secara tidak langsung mempertegas bahwa dalam menulis puisi tidak harus menggunakan bahasa-bahasa rumit yang menggunakn ambiguitas tinggi. Namun puisi dapat ditulis dengan bahasa yang enteng dan ramah baca untuk semua kalangan.

Komentar

Postingan Populer