WAJAH BUDAYA DALAM KUMPULAN CERPEN BASTIAN DAN JAMUR AJAIB KARYA RATIH KUMALA: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

WAJAH BUDAYA DALAM KUMPULAN CERPEN BASTIAN DAN JAMUR AJAIB KARYA RATIH KUMALA: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA
Oleh
Ahmad Abdul Karim
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Singaperbangsa Karawang
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Wajah budaya pada kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala, (2) Dampak kebudayaan yang terdapat dikumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala.
Objek penelitian ini adalah antologi cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala yang terdiri atas tiga belas cerpen dan dipilih lima cerpen yaitu: “Ode untuk Jangkrik”, “Nenek Hijau”, “Bau Laut”, “Pacar Putri Duyung”, dan “Bastian dan Jamur Ajaib”. Pemilihan cerpen ini dikarenakan di dalam cerpen tersebut terdapat kebudayaan baik itu kebudayaan yang bersifat mitos, kebudayaan suatu daerah, kebudayaan tradisi. Penelitian ini difokuskan permasalahan wajah budaya yang akan dianalisis menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik analisis baca catat. Data dianalisis dengan reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.
Hasil Penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, wajah budaya Surakarta dalam kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala dapat disimpulkan karena ada faktor urbanisasi yang dialami oleh pengarang. Sehingga karya-karya yang hasilkan syarat akan mitos yang berkembang pada sebuah daerah. Kedua, dampak budaya pada kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala menyebabkan karya yang dihasilkan penulis beragam dan mempunyai daya tarik tertentu. Serta mempunyai warna mitos sebuah daerah.
Kata kunci: cerpen, sosiologi sastra, wajah budaya.
PENDAHULUAN
Ratih Kumala adalah seorang penulis profesional yang berasal dari Indonesia. Ratih Kumala di Jakarta, 4 Juni 1980. Sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Selain jadi penulis novel dan cerita pendek, dia juga penulis skenario dan bekerja sebagai editor naskah drama di sebuah televisi swasta.
Novel pertamanya Tabula Rasa (2004) menjadi pemenang ketiga lomba menulis novel Dewan Kesenian Jakarta. Genesis (2005), Kronik Betawi (2009), Wesel Pos (2018). Novel terkenalnya yaitu Gadis Kretek (2012), yang masuk dalam Top Five Literary Award 2013.
Selain novel Ratih Kumala juga menulis cerpen. Kumpulan cerpennya Larutan Senja (2006). Selanjutnya kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib (2015) menjadi Longlist Kusala Sastra Khatulistiwa 2015. Pada kumpulan cerpen ini bercerita mengenai banyak hal mulai dari politik, sejarah, mitos, hingga percintaan yang menjadi ciri khas dari buku ini.
Kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala berisi tiga belas cerita pendek, yaitu: “Ode untuk Jangkrik”, “Nonik”, “Nenek Hijau”, “Tulah”, “Telepon”, “Ah Kauw”, “Lelaki di Rumah Sebrang”, “Keretamu Tak Berhenti Lama”, “Rumah Duka”, “Foto Ibu”, “Bau Laut”, “Pacar Putri Duyung” dan “Bastian dan Jamur Ajaib”.
Peneliti memilih kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala sebagai objek penelitian. Hal ini dikarenakan dalam kumpulan cerpen tersebut menceritakan tentang kebudayaan. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengkaji tentang kebudayaan yang terdapat dalam kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala. Dari tiga belas cerpen dalam kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib dipilih lima cerpen yang dicari tentang wajah budaya, dan dampak budayayang terdapat dalam kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Selain itu pedekatan yang digunakan yang pedekatan sosiologi sastra. Informasi bersifat kualitatif yang dideskripsikan secara teliti dan analitis. Pendeskripsian yang digunakan dengan cara mencatat dan meneliti wajah kebudayaan pada kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib dengan kajian pendekatan sosiologi sastra.
Data yang dikumpulkan memfokuskan sesuai kajian pendekatan sosiologi sastra yaitu pada data: (1) Wajah budaya pada kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala, (2) Dampak kebudayaan yang terdapat dikumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala.
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu baca dan catat. Teknik baca dan catat yaitu membaca secara keseluruhan kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Budaya menurut (KBBI), adalah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk diubah. Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan dipahami sebagai buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat.
Wajah budaya dalam kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala adalah  budaya urbanisasi. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan), atau dapat diartikan juga urbanisasi sebagai perubahan sifat suatu tempat dari suasana desa ke suasana kota. Ratih Kumala dalam karya-karyanya selalu dipengaruhi oleh pola pikir sekitar baik yang sedang dia lalui atau orang sekitar dia lalui. Dalam pembuatan kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib dipengaruhi oleh pola pikir dia ketika sedang berkuliah. Terlihat dari judul cerpen “Ode untuk Jangkrik” yang di mana tentang seorang anak yang hobi mengadu jangkrik. Urbanisasinya dapat terlihat bahwa untuk sebagian anak kota, bahwa sangat asing dengan permainan tradisional mengadu jangkrik. Hal tersebut dipengaruhi oleh studi di Surakarta di mana beberapa lokalitas setempat dia sengaja jadikan sebuah karya sastra. Hal tersebut dapat diperkuat dengan bukti bahwa saat peneliti melakukan wawancara kepada penulis. Dikatan bahwa lingkungan di mengampus sangat merubah pola pikir dia dalam membuat karya sastra.
Selain itu gambar budaya dari kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib bahwa terlihat dari fenomena suatu masyarat di mana fenomena tersebut diyakini dan dihayati dan menjadi sebuah mitos yang berkembang disebuah masyarat, terlihat pada cerpen berjudul “Nenek Hijau”. Di mana mengkaitkan antara mimpi basah dengan Nenek Hijau yang mencuri keperjakaan seorang anak lelaki. Dalam cerpen tersebut terdapat sastra lisan yang berkembang di Surakarta tempat Ratih berkuliah.
Dampak kebudayaan dalam cerpen tersebut pembaca mengetahui budaya-budaya yang ada di daerah tempat Surakarta yang kental dengan unsur mitos. Sehingga karya-karya yang dihasilkan oleh Ratih Kumala syarat akan mitos dan memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, Ratih juga mengajarkan kepada kita untuk selalu membaca, dan membaca itu tidak hanya membaca buku saja. Misalnya membaca keadaan sekitar seperti yang Ratih lakukan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan penelitian wajah budaya Surakarta dalam kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, wajah budaya Surakarta dalam kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala dapat disimpulkan karena ada faktor urbanisasi yang dialami oleh pengarang. Sehingga karya-karya yang hasilkan syarat akan mitos yang berkembang pada sebuah daerah.
Kedua, dampak budaya pada kumpulan cerpen Bastian dan Jamur Ajaib karya Ratih Kumala menyebabkan karya yang dihasilkan penulis beragam dan mempunyai daya tarik tertentu. Serta mempunyai warna mitos sebuah daerah.
Daftar Pustaka
Puspaningrum, Dwi. 2015. Wajah Kemiskinan Kalangan bawah dalam Kumpulan Cerpen Mata yang Enak dipandang Karya Ahmad Tohari: Kajian Sosiologi Sastra. Sastra Indonesia: Universitas Negeri Yogyakarta.
Damono, Sapardi Djoko. 1977. Sosiologi Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kumala, Ratih.  2015. Bastian dan Jamur Ajaib. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Komentar

Postingan Populer