RESENSI KUMPULAN ESAI SASTRA KULMINASI: TEKS, KONTEKS, DAN KOTA KARYA IMAM MUHTAROM

 

RESENSI KUMPULAN ESAI SASTRA KULMINASI: TEKS, KONTEKS,  DAN KOTA KARYA IMAM MUHTAROM


 

 Buku : KULMINASI: Teks, Konteks, dan Kota

Penulis : Imam Muhtarom

Penerbit : Sulur Pustaka

Tahun Terbit : 2019

 

Sastra tak lagi menjadi objek sederhana yang digembar-gemborkan. Sebab, kini sastra menjelma entitas yang memiliki hubungan dengan pengetahuan lain. Sastra menyimpan pemikiran akumulatif yang layak diperbincangkan. Seperti terlihat dalam kumpulan esai berjudul Kulminasi: Teks, Konteks, dan Kota karya Imam Muhtarom. Di mana kita dapat melihat sastra menyimpan paradigma-paradigma yang selama ini sukar untuk disampaikan secara eksplisit.

Esai-esai dalam buku ini tak dielakan mengalami pemekaran, di mana esai-esai tersebut pernah terbit diberbagai media sejak tahun 1998-2009. Serta terbit menjadi buku yang utuh di tahun 2019. Di sini kita dapat melihat kegigihan penulis dalam mengakumulatifkan esai-esai yang tercecer menjadi sebuah buku utuh. Kemungkinan esai-esai dalam buku tersebut mengalami perubahan baik secara tekstur maupun isi.

Buku ini menyuguhkan beragam esai yang dapat membuka pandangan yang lebih luas berkenaan kritik sastra mutahir. Di mana sastra menjadi objek yang seksi untuk diperbincangkan dalam diskursus-diskurus. Dalam buku ini, tidak hanya membicarakan sastra Indonesia saja. Melainkan sastra-sastra Asia hingga dunia. Sehingga pembaca akan mengetahui perkembangan sastra dunia mutahir melalui buku ini.

Walaupun saya (pembaca) mengalami kebingungan mengenai kontruksi bahasa yang diproduksi penulis. Tetapi saya dapat memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Di mana penulis menawarkan kepada pembaca hasil pembacaan karya sastra yang dilakukan. Penulis dalam esai-esainya lebih sering menggunakan bahasa-bahasa non-populer. Sehingga saya menyarankan kepada teman-teman untuk siap sedia dengan KBBI sebagai pelengkap membaca buku ini.

Membaca buku ini mengingatkan saya kepada kumpulan esai Senjakala Kebudayaan, Nirwan Dewanto. Walau secara isi maupun kontruksi bahasa ditemukan perbedaan yang signifikan. Tetapi secara pengalaman pembacaan awam, saya merasa membaca kembali esai-esai tersebut dengan versi yang berbeda baik tema, kontruksi bahasa, dan lain sebagainya.

Setelah membaca buku ini, saya ingin kembali membaca dengan rasa yang berbeda untuk kedua, ketiga, hingga kesekian kalinya.  

*Selamat membaca*

 

Komentar

Postingan Populer