RESENSI ROMAN GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

 PENINDASAN PEREMPUAN DALAM ROMAN GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

 

Judul Buku : Gadis Pantai

Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Tahun terbit :  Cetakan 7, September 2011

Tebal : 272 hlm

 

Seperti karya-karya lainnya Pramoedya Ananta Toer selalu membahas penindasan dan feodalisme Jawa yang banyak merugikan perempuan dan kaum rendahan. Hal tersebut juga terdapat dalam roman berjudul Gadis pantai. Di ceritakan seorang perempuan asal kampung nelayan yang dinikahi oleh seorang tuan terkemuka dari kota. Padahal kita ketahui perempuan tersebut masih dibawah umur. Namun sistem feodalisme begitu kejam. Sehingga Gadis pantia terpaksa menurut dan patuh pada titah orangtua dan tetua kampung.  

Awalnya, dia tidak mengenal apapun tentang kehidupan. Sebab, umurnya begitu muda untuk menghadapi kejamnya hidup. Namun gadis pantai akhirnya harus menghadapi kehidupan kejam di umurnya yang begitu muda yaitu saat ia berada di gedung Bendoro. Namun pernikahan Gadis pantai dengan Bendoro adalah pernikahan nafsu dan tradisi kekejaman masyarakat Jawa. Sebab, Gadis pantai yang merupakan masyarakat rendahan tidak pernah diakui dan tercatat sebagai istri Bendoro.

Hingga akhirnya Gadis pantai melahirkan seorang anak perempuan. Ini adalah akhir dari kekejaman dan pengejolakan batin Gadis pantai. Namun ia harus berpisah dengan putrinya yang begitu mungil. Sebab, sistem feodalisme menganggap orang rendahan atau orang kebanyakan adalah budak. Seperti itupun yang Gadis pantai terima. Gadis pantai hanya budak dan akhirnya keluar sebagai budak dari gedung tersebut. .

Lalu, apa yang dilakukan oleh Gadis pantai? Melawan, gadis pantai melawan sekuat apa yang dia bisa. Bahwa kekejian Bendoro itu adalah suatu hal yang salah. Namun Gadis pantai hanya orang kebanyakan. Ia mampu melawan Bendoro yamg merupakan seorang priyayi.

Membaca roman Gadis Pantai kita temui beberapa ketimpangan gender kaum rendahan hingga perempuan. Bahwa sistem feodalisme Jawa beranggapan seorang budak tetaplah budak. Walupun seorang budak telah dikawini oleh seorang priyayi. Selain itu, seorang priyayi mempunyai kekuatan yang besar dalam gelanggang kekuasaan.

Selamat membaca.

***

 

Komentar

Postingan Populer